Pengingat yang menggugah jiwa

 Dikutip dan diterjemahkan dari status Facebook Kiara Tan 

Kecelakaan pesawat Air India.

Bagi sebagian orang, hanya sekadar berita terbaru.

Tapi bagiku, itu adalah pengingat yang menggugah jiwa tentang betapa rapuh dan tak terduganya hidup ini.


Empat nyawa. Empat kisah. Empat pelajaran berharga yang mengubah caraku memandang waktu, tujuan hidup, dan anugerah dalam setiap momen.


Pertama: Sebuah keluarga yang telah bertahun-tahun menanti untuk mewujudkan impian mereka pindah ke Inggris.

Hidup terus menghalangi — tanggung jawab, penundaan, keputusan.

Akhirnya mereka berhasil naik ke pesawat… tapi tak pernah sampai ke tujuan.


Dan aku pun sadar:

Kita menyimpan begitu banyak rencana untuk “suatu hari nanti.” Tapi jika terus menunggu, “suatu hari” itu bisa jadi tak pernah datang.


Kedua: Seorang wanita yang seharusnya ada di penerbangan itu.

Ia datang terlambat. Terlewat check-in. Ia memohon untuk bisa ikut naik, tapi ditolak. Ia frustrasi, marah, merasa gagal.

Namun kemudian ia menyadari: keterlambatan itu adalah perlindungan ilahi.


Kita tidak selalu mendapatkan apa yang kita inginkan, karena Tuhan melihat apa yang tidak bisa kita lihat.

Terkadang, “tidak”-Nya adalah yang justru menyelamatkan nyawa kita.


Ketiga: Seorang pria yang selamat.

Pesawat terbelah dua dan ia berada di bagian yang tidak terbakar.

Ia berjalan pergi — linglung namun hidup — dari sesuatu yang tak seorang pun sangka bisa diselamatkan.


Itu bukan keberuntungan. Itu adalah tujuan hidup. Dan aku teringat akan ayat ini:

“Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya.” – Pengkhotbah 3:1

Itu memang belum waktunya ia pergi.


Keempat: Dan mereka yang tak selamat.

Orang-orang dengan impian. Orang-orang dengan keluarga. Orang-orang dengan kisah yang belum selesai.

Mereka mencium seseorang selamat tinggal pagi itu… tanpa tahu bahwa itu adalah ciuman terakhir.


Hidup mereka mengingatkan kita bahwa waktu bukanlah jaminan.

Kita tidak dijanjikan usia tua. Kita tidak dijanjikan “nanti.”

Yang kita miliki adalah sekarang.

Satu tarikan napas. Satu detak jantung. Satu kesempatan.


Jadi selagi hari ini masih ada...

Selagi kamu masih bernapas, masih kuat, masih mampu — jangan sia-siakan.

Jangan tunggu momen yang “sempurna.”


Kasihilah sekarang. Minta maaflah sekarang. Maafkanlah sekarang. Bermimpilah sekarang. Berkatalah sekarang.


CoPas lewat Gorup WA PDFIC Lansia.



Karena hidup tak selalu datang dengan peringatan.

Dan kadang… “lain kali” itu tak pernah datang 🕰.

Comments

Popular posts from this blog

Yuk gabung PD Lansia FUNtastic

Jadwal kegiatan rutin PDFIC

Kegiatan PDFIC